Selasa, 16 September 2008

Buku Tafsir Mimpi

Judul : Menafsir Mimpi Bahasa Sandi Tuhan

Pengarang: Wolfgang Bock, SJ

Penerbit : Kanisius 2007, 180 halaman

1. Pandangan umum tentang mimpi

- Diam-diam, memperhatikan mimpi itu penting lho? Apa pentingnya?

- Metode mengupas mimpi mnrt Carl Gustav Jung: seperti mengitari rumah agar dapat memandangnya dari semua sisi dan pojok. Tujuannya adalah mengetahui pesan2 mimpi. Jung meminta agar orang mempunyai buku harian mimpi supaya dapat dibandingkan adanya kemajuan dan perkembangan dalam diri seseorang.

- Kursus mengupas luka batin: dengan mencatat mimpi dengan teratur dan teliti. Mimpi adalah via aurea (jalan emas)= jalan utama ke dalam batin.

- Metode lain: memperagakan mimpi itu

- Pandangan umum: hampir semua mimpi punya kesan, pikiran dan perasaan yg berasal dari kejadian2 lampauà ada kesinambungan kebelakang dan kedepan; ada makna dan tujuan yg khas.

- Tujuan pengupasan mimpi: mengangkat dan memahami makna.

- Metode: latar belakang perlu diketahui, menelaah bagian2 dan membentuknya.

- Untuk mengupas mimpi, perlu diingat kejadian nyata sehari sebelumnya (so buku harian penting!). tetapi berapa luaskan data2 yang dikumpulkan utk membantu mengupas mimpi??

- Emanuel Kant bilang: menangkap makna berarti menggali dan bertanya sejauh perlu sampai mencapai maksud tujuannyaà ada penyaringan bahan (metode final).

- Di dalam mimpi ada lambang, lambang menurut Jung adl : gagasan, maksud atau gambaran sesuai gerak hati yang tidak dapat diungkapkan lebih tepat.

- Mimpi= dapat membantu mengasah hati nurani (soal baik atau buruk), apabila manusia mengabaikan hati nuraninya dan tidak menilai perbuatannya, maka ia hidp berat sebelah dan menjadi pribadi yang tidak utuh (hal 29).

- Dalam mimpi, suara hati menjelma dalam macam2 orang dan petugas, misalnya: bapak uskup, polisi dll.

- Dalam memahami mimpi: penting untuk diketahui motif khas dan pokok dlm mimpi.

- Bila mau paham mimpi dg tepat, pertama2 perlu mengenal keadaan kesadaran anda.

- Mimpi bertujuan agar orang menjadi seimbang

- Orientasi final pd bawah sadar kita tidak berjalan sejajar dengan keinginan kita pada keadaaan sadar (berlawanan arah). (contoh, baru2 ini aku mimpi menegur seseorang yang jahat, secara sadar, aku sebenarnya tidak berani menegurnya).

- Utk pahami mimpi, seseorang perlu punya pengetahuan ttg gejala2 dlm batin supaya ia tdk memproyeksikan hal2 negatif pd sesama.

- Jenis mimpi: mimpi nubuat/prospek ms dpn (hal 34), mimpi reaktif (hal 37):penghidupan lg pengalaman afektif dlm hdp nyata.

- Mimpi reaktif: simbolis dan traumatif. Yg simbolis: timbulnya mimpi akan berhenti setelah dikupas dan ditafsir. Yg traumatif: timbulnya mimpi akan berhenti setelah disembuhkan dan diakhiri dg daya kekuatan batin kita sendiri.

2. Selayang pandang sejarah mimpi

- zaman kuno (hal 39-42)

- pandangan Kristiani: mimpi menyatukan Allah yg penuh kasih dan suci. Mimpi=jalan bagi Allah utk menyampaikan kehendakNya.

3. Mengingat, Mencatat dan Menggumuli Mimpi

- Cara mudah mengingat mimpi: 1. menaruh minat pada mimpi Anda; 2. sungguh percaya bahwa mimpi mewahyukan sesuatu yang berbobot.

- Tidur REM (Rapid Eye Movement): biasanya terjadi 4 kali ketika org tidur semalam, ini berarti jumlah mimpinya ada 4.

- Gejala mimpi: bola mata bergerak-gerak, tekanan darah naik turun, denyut jantung naik turun. Gejala lain: alat kelamin terangsang, aliran darah ke otak menaik. Lha pada saat bola mata bergerak2 ini, jika org dibangunkan ia akan membuat reaksi dengan kaki yg bergerak seolah mau lari atau tangan yang mau memukul (hal 49).

- Bayi: mempunyai waktu mimpi separo dari waktu tdrnya, dewasa ¼ waktu tdr, lanjut usia= 12 % waktu tdr.

- Yang dicatat: isi pokok dg kata kunci ct nama org, kt2 dan perasaan; apa yg membuat terjaga. Sesudah bangun pagi hari tulislah lagi lengkap dan ditulisi tanggal, hari dan judul mimpi itu.

- Mengupas mimpi, mencintai mimpi buruk=mengasihi musuh! Maka latihlah ini!

4. Memahami bahasa Mimpi

- Menurut Robert Johnson, mimpi itu ada 4 babak: 1. perkenalan pelaku, waktu dan tempat; 2. persoalan yg digumuli si pemimpi; 3. langkah pemencahan soal; 4 pemecahan soal. Kadang2 blm sampe babak 4.

- Hampir semua mimpi bicara ttg kehidupan subyektif. Maka utk ngupas mimpi, kita perlu bertanya: mimpiku memperlihatkan bagian mana dari unsur kepribadianku?

- 4 langkah mengupas mimpi: 1. kupas gambar, lambing, adegan, tayangan, kata2. à dlm mengerjakan ini kita pakai metode asosiasi, ct: kt anjing kita asosiasikan dg galak, buas, dll. Ct lain: kata hitam yg berarti gelap, suram, dll; 2. bertanyalah: sifat mana yg pas dengan keadaan diri saya? Misalnya sekarang ini saya sedang sedih, suram, atau sedang buas seperti anjing, dll; 3. apa tujuan mimpi ini? Saya belajar apa? Saya diingatkan utk apa?; 4. Ungkapkan mimpi itu dg nyanyian, menari, dan memperagakannya… jika anda blm paham betul maksudnya, berjalan2lah di kebun sambil mengingat mimpi itu!

- Bahasa mimpiku pasti tidak sulit kutangkap karena toh pasti berkaitan dg diriku sendiri: kalau aku senang wayang, maka tentang “kewayangan” ini tidaklah sukar kupahami.

5. Makna dan Pesan Mimpi

- dalam mimpi, org bisa menjadi pelaku dan jg pengamat thok.

- Mimpi hanya memuat sedikit saja ttg politik dan ekonomi, so seorang pengusaha jarang mimpi ttg usahanya atau seorang buruh pun jarang mimpi ttg pekerjaannya (hal 67).

- Sebenarnya, org itu mengikuti apa yang dirasakan dan dipikirkannya: kalau ia merasa gagal, ia akan mengikuti perasaan itu dan menjadi gagal (inilah hubungan mimpi dan kenyataan).

- Dalam mimpi, kita kenal dorongan dan keinginan kita. Dalam mimpi, kita juga tahu cara pandang kita terhadap dunia: kalau dunia yg kita pandang suram, maka kita selalu mimpi di tempat yang terjal…

- Mimpi dikejar2 orang pakai pisau, dipenjara, di hokum, dihalang tembok: tanda bahwa aku ingin menghukum batinku sendiri yg mungkin tidak sesuai dg suara hati terdalam.

- Mimpi ingin lepas dari tali: ingin lepas dari persoalan.

- Latar belakang dalam mimpi mengungkapkan perasaan tentang diri sesama dan dunia.

- Sering kita mimpi dalam kendaraan dan bergerak menuju tempat. Gerak di sini berarti ambisi kita, keinginan utk maju (hal 71). Mobil dan pesawat terbang menunjukkan tenaga, kekuatan (dorongan seksual) utk mencapai keinginan. Latar belakang lainnya misalnya: jembatan, persimpangan jalan (menunjukkan peralihan hidup).

- Tembok pembatas= penghukuman; gedung gereja: lambing damai, suci; medan perang= keinginan menyerang.

6. Metode Gestalt

- gestalt (jerman)= bentuk, rupa, potongan.

- Tujuan terapi Gestalt: membimbing utk mempelajari apa2 yg pernah kita pelajari namun kemudian kita lupakan. Metode Gestalt membimbing kita utk menarik kembali proyeksi2 diri kita supy berfungsi utuh kembali.

- Tanda2 saat melakukan proyeksi: mengelak, gugup, putus asa, bingung, merasa tak mengerti. Pd saat itu kita buta thd hal2 yg bagi org lain sudh jelasà kita teralalu negative thinking (kogek-kogek) (Hal 75).

- Lima tahap metode Gestalt: 1.) bergaul dan bicara basa/i; 2.) aktif main peran/pura2; 3.) rindu akan keaslian, tdk lagi pura2; 4.) implosi=kemacetan total, merasa pribadinya lumpuh; 5.) eksplosi: ledakan yg mengalirkan kekuatan.

- Lha metode Gestalt ini bertalian dg pengupasan mimpi, di mana dalam metode ini mimpi tidak hanya dikupas ttp dihidupkan dan dihayati kembali.

- Potong2an/sosok2 adalah bagian dari kepribadian kita yg mesti kita cermati.

- Tetapi Gestalt mengajak utk identifikasi diri dg bagian2 mimpi dan meresapkannya: aku adalah itu, aku melakukan itu.

7. Aneka Ragam Mimpi

- Selain mimpi yg terkait dg kesulitan org perorangan, ada juga tema umum lainnya: menghadapi ujian, terbang, jatuh, tidak siap, datang terlambat.

- Mimpi ttg ujian: pertanda bahwa yg dipikirkan akhir2 ini adalah ujian. Pertama2 carilah makna praktis spt apakah hari2 ini aku menghadapi ujian. Kemudian carilah makna yg lebih luas: aku sedang dalam ujian/cobaan: sdg bermasalah dan takut utk memecahkan. Perhatikan! Pd bagian mana anda merasa tegang? Mimpi ttg ujian bisa menggambarkan:perasaan cemas/kawatir. Tolok ukur kemajuan hidup rohani: makin sedikit mimpi ttg ujian (hal 88).

- Mimpi jatuh: 1. mengingatkan utk hati2: ngecek peralatan yg berangkali berbahaya; 2. penjaga batin spy kita dan semua org jangan sampe jatuh. Mimpi jatuh: takut jatuh=turun pangkat, nilai ujian turun, turun karier. Seorang gadis mimpi jatuh dari lantai lima= real bahwa dia telah jatuh ke dosa besar (kumpul kebo), di hatinya ia sebenarnya merasa bersalah. Jatuh ke dasar laut: dasar diri, suatu titik menuju perubahan.

- Mimpi tidak siap/datang terlambat: menunjukkan diri yg tdk beres, tidak ada kesiapan (hal 91-92).

- Mimpi terbang: sedang mengatasi masalah. Bagaimana perasaan saat terbang: senang atau tidak? Perasaan ini menunjukkan keadaan hati ketika berelasi dg orang lain. Bisa juga, karena dorongan seksual yg kuat, orang mimpi seolah melayang terbang dan bahkan keluar dari dirinya (hal 95).

8. Mengupas Rasian Mimpi

- Mimpi tentang pohon: menandakan kekuatan utk bertumbuh makin kuat dan dewasa. Pohon: lambang kesuburan dan sifat keibuan.

- Pucuk pohon=akal budi/penalaran/kesadaran diri, batang pohon=tubuh dan perasaan, akar=kedalaman batin.

- Apa perasaan yg muncul saat mimpi ttg pohon? Pohon subur=anda sedang gembira dan bersemangat, kering=lesu, ditebang=mengalami pukulan2.

- Rasian ular: ular melambangkan kepekaan dan firasat yg berlokasi pd otak kecil, sumsum tulang punggung dan pd system syaraf vegetatif yg bergerak otonom spt pernafasan, pencernaan sekaligus seksualitas kita.

- Lewat rasian ular si pemimpi diajak utk merenungkan sikap terhadap tubuh dan seluruh hdpnya, termasuk bidang perasaan (marah, sedih, rindu, puas, nikmat). Perlu waspada thd sakit kepala, migren, peredaran darah, organ2 pencernaan dan terlebih alat kelamin. (hal 107). Jung (hal 109): penyakit tubuh dan gangguan jiwa sering disebabkan oleh kemacetan atau kesulitan perkembangan pribadi. Biasanya, ular yg menyerang melambangkan bahwa Anda sedang tdk seimbang. Sebaliknya bila ularnya jinak, anda sedang seimbang.

- Rasian ikan: rasian akan muncul saat hidp mandeg, kering dan membosankan. Melaui rasian ikan, si pemimpi disentuh utk menumbuhkan hdp baru (hal 112).

9. Mimpi ttg kematian dan kelahiran baru

Jika anda mimpi ttg kematian: anda diajak utk merenungkan sesuatu yang harus mati dalam diri anda (sifat jelek, hdp lama) dan siap utk menyongsong hidp baru (kelahiran baru), suatu pengertian baru, dll. (hal 117-125).

10. Saling menceritakan mimpi

Ini penting dilakukan karena melalui bantuan orang lain yg sama2 berbagi ttg mimpi, kita mendapat masukan mengenai penafsiran itu sendiri. Orang lain hanya membantu, dan yg bisa menafsir hanya diri kita sendiri. Teknis: bentuk kelompok sharing mimpi dan diandaikan semua sungguh berkehendak baik dan mau menjaga rahasia.

  1. mimpi diceritakan 2 kali berturut2, sambil meresapkan peserta lain buat catatan dan penafsifan
  2. peserta mengajukan pertanyaan soal isi, waktu, tempat, pelaku, situasi.
  3. Mimpi diceritakan sekali lagi
  4. Tanggapan thd apa yg mencolok dlm mimpi
  5. Mengungkapkan makna dan pesan mimpi: “seandainya itu mimpiku, aku menafsirkannya begini:…” à supaya tdk terkesan menggurui dan menekan si pemimpi.
  6. Membahas perasaan2 dalam mimpi
  7. Menghubungkan mimpi dg kejadian2 seblmnya
  8. Memandang mimpi sebagai keseluruhan.
  9. Si pemimpi melaporkan apa2 yg menyentuh dr yg diungkapkan oleh peserta.

11. Mimpi sebagai guru batin

12. Lambang animus dan anima dalam mimpi

- ciri dan watak laki2; animus ><>

-

Mencari Pemahaman tentang Presbiter

Paper Kuliah Teologi Imamat (Dr. Purwanto, SCJ)

Oleh Ag. Handi Setyanto FT 2581

Kata presbiter di sini jelas menunjuk pada imamat jabatan. Siapakah mereka? Untuk apa mereka ada? Untuk menjawabnya, tulisan ini menampilkan paham presbiter yang tidak hanya bertindak in persona Christi tetapi juga in persona ecclesia..

Untuk itu, tulisan ini dimulai dengan kata Gereja. Gereja adalah komunikasi iman dalam Kristus agar Kristus sebagai terang para bangsa bersinar pada wajah Gereja dan menerangi semua orang. Untuk cita-cita ini, Gereja memerlukan pelayan iman. Presbiter adalah pelayan iman Gereja. Presbiter diberi tugas dan kuasa untuk mewartakan Injil atas nama Gereja agar umat dapat merealisasikan fungsinya sebagai sakramen cinta kasih Allah yang menyelamatkan manusia. Jabatan presbiter ini sekaligus memperoleh dasar pada panggilan dan pengutusan dari Yesus Kristus. Presbiter dipanggil dan diutus oleh Kristus, serta berpartisipasi dalam imamat Kristus. Dalam pengertian ini, presbiterat merupakan suatu pelayanan tertentu dalam umat yang berasal dari panggilan dan pengutusan khusus oleh Kristus. Penggabungan dua corak pandangan mengenai presbiterat ini, eklesiologis dan kristologis, memperkaya wawasan presbiterat zaman modern ini. Maka, mendesaklah untuk didapatkan: presbiter masa kini, yakni imam yang kristologis dan eklesiolgis!

Orangnya Yesus Sekaligus Gereja : Sengkut- gumregut[1] dalam Kinerja Allah

Allah memiliki proyek di dunia untuk memberikan keselamatan bagi manusia yakni kehidupan bersama-Nya. Untuk selama-lamanya, Allah menegakkan proyek keselamatan ini dalam hidup, karya, dalam wafat dan kebangkitan Kristus (bdk. Ef 1,3). Dalam karya-Nya, Yesus memanggil murid-murid untuk terlibat dalam karya perutusan-Nya (Mrk 3:13-19). Para presbiter-lah pribadi yang terpanggil dan terjaring dalam proyek (kerja) ini, yakni agar kabar gembira keselamatan sampai pada semua orang di sepanjang sejarah. Dalam pengertian ini, sosok presbiter adalah seorang pekerja (aktif) Allah. Presbiter menjadi pribadi yang fulltimer dan fullself, masuk dalam keprihatinan hidup Allah dan kenal persis maksud hidup-Nya dalam sejarah manusia.

Oleh karena itu pula, presbiter ikut serta dalam tugas Kristus sebagai pengantara tunggal (1 Tim 2,5), yakni sebagai penghubung dalam komunikasi iman (LG no.28). Presbiter menjadi orangnya Yesus yang menjalankan ministerium melayani iman. Artinya, presbiter membantu dalam komunikasi antara umat yang percaya dan oleh karena itu presbiter membantu juga untuk mengungkapkan dan mewujudkan iman orang beriman. Presbiter menghubungkan orang ke orang kepada Allah agar dengan cara-Nya sendiri Allah menyapa atau berelasi. Maka, melalui pelayanan dan hidupnya, presbiter memperjuangkan kemuliaan Allah Bapa dalam Kristus (PO no.2). Maka, presbiter yang kehadirannya membawa kesuraman tentu bukan presbiter yang membawa cerahnya wajah Allah. Dan tidak boleh terlupakan, wajah yang ditampilkannya adalah wajah Kristus Sang Sinar cerah itu. Di sinilah, istilah imam yang in persona Christi itu ditekankan. Berikutnya, selain in persona Christi, imam juga in persona ecclesia.

Oleh karena itu, pelayanan presbiter ini adalah pelayanan Gereja dalam umat, bukan pelayan yang abstrak berada di awang-awang dan tidak manjing ajur-ajer[2] bersama umat. Presbiterat sebagai jabatan merupakan fungsi dalam Gereja dan fungsi itu adalah rohani serta termasuk inti kehidupan Gereja yang perlu untuk iman (LG no.28; PO no.6). Tentunya, fungsi imam itu berbeda dengan seorang tukang yang mempunyai fungsi menukangi pekerjaan tertentu. Kalau imam menjadi tukang (fungsi non rohani), ada bahaya bahwa ia tak ada bedanya dengan pekerja mekanistik. Sebagai contoh, imam tukang misa.

Presbiter ditempatkan dalam wibawa Gereja (“in persona ecclesia”), yakni agar berlangsunglah pengudusan oleh Kristus dalam hati umat beriman dan kesaksian tentang Yesus di dunia. Dalam kegiatan liturgi, terutama pelayanan sakramental, presbiter menjalankan wibawa itu “in persona Christi”, yakni hanya karena dalam Yesus Kristus Allah dan manusia seluruhnya berbagi hidup. Oleh karena itu, hidup dan pelayanan para presbiter hanya punya arti dalam rangka pelayanan dan hidup seluruh Gereja. Artinya, perutusan presbiterat (juga episkopat) adalah sekunder terhadap pelayanan imamat umum seluruh umat beriman (1 Ptr 2,9). Maka, adalah sesuatu yang keblinger kalau ada imam yang sok kuasa karena merasa diri “istimewa”. Padahal ia ada dalam bagian umat secara umum. Namun, inilah yang meski disadari dengan rendah hati: presbiter di dalam Gereja adalah orang-orang profesional yang membaktikan diri pada suatu kepentingan hidup kebersamaan (Gereja) dan kebersamaan (Gereja) mempercayakan kepentingan itu kepada dia.

Presbiter adalah orangnya Gereja, menjadi anggota angkatan kinerja-kerja gerejani. Maka, presbiter adalah pribadi yang dengan segala keahliannya berusaha menjalankan tugas yang menjadi tugas seluruh komunitasnya, tugas Gereja. Presbiter di dalam tugas Gereja berarti menjalankan fungsi tridharma Gereja, yang adalah misi Kristus (nabi, imam, raja), yakni : mewartakan (PO no.4), menguduskan (PO no.5), mempersatukan (PO no.6).

Pengangkatan presbiter dilakukan dengan tahbisan, suatu perayaan sakramental pembaharuan roh. Potestas sacra yang diterima dalam tahbisan ini membuat orang berdaya. Presbiter menjadi pemberian Allah kepada manusia. Tahbisan menempatkan uskup pada traditio atau succesio apostolica, dan para presbiter itu diberikan kepada uskup sebagai pembantu-pembantu. Para presbiter tidak menerima puncak imamat, dan dalam melaksanakan wewenang mereka tergantung dari para uskup (LG no.28). Maka, presbiter merupakan satu presbiterium dan pelayanan dalam Gereja bersifat kolegial (LG no.22; 23). Maka, sungguh aneh jika ada imam yang berlagak seperti uskup, mendirikan keuskupan di parokinya sendiri. Perlu disadari bahwa kerja imam selalu bersifat kolegial. Kolegial ini dibutuhkan supaya injil menyangkut semua, yakni supaya semua orang dilibatkan dalam jaringan penebusan dan keselamatan. Oleh karena itu, gaya presbiter dan uskup adalah networking dalam persaudaraan (LG no.28).

Kepemimpinan Partisipatif

Kehadiran presbiter diantara komunitas umat beriman dan dunia menjadikan dirinya sebagai pribadi publik. Ini normal-normal saja karena pelayanan presbiter adalah praktik yang dikenal dalam dan melampaui umat beriman yang mereka layani. Oleh karena itu, presbiter memainkan peran kepemimpinan publik.

Tidak boleh terlupakan, kepemimpinan publik ini menegaskan gaya presbiter yang adalah partisipatif (LG no.28). Presbiter sebagai yang menerima jabatan dalam gereja, adalah orang yang secara resmi dilibatkan/dibaktikan ke dalam gerak “rohani”[3], yakni gerak karya kreatif Allah melalui daya kreatif manusia, yang menjadi inti hidup gereja, di-maklumkan sebagai injil, diwujudkan dalam perkumpulan umat Allah.

Mengenai kinerja seorang presbiter, presbiterat adalah pertama-tama “pelayanan suci” dalam gerakan Injil, yakni gerakan yang makin melibatkan orang dalam usaha pembebasan, terungkap dalam perayaan sakramen ekaristi, dan terwujud dalam perjuangan umat sebagai komunitas moral yang transformatif[4]. Maka, presbiter adalah rekan sekerja umat demi keterlibatan segenap umat dalam gerak injil. Kepemimpinan presbiter hanyalah suatu fungsi sosial dalam paguyuban orang beriman (PO no.2). Dengan demikian, pada dasarnya kinerja presbiter adalah komunikasi. Kebutuhan Allah dalam hal ini adalah kebutuhan pada orang, bukan fungsi. Hanya hati seseorang yang dapat menerobos sekat-sekat birokrasi ke arah suatu pernyataan cinta[5].

Hanya saja, dalam kerangka mendialogkan presbiterat dengan imamat umat beriman, presbiter menjadi pribadi yang bertanggung jawab untuk terlibat dan melibatkan. Presbiter berada di tengah-tengah umat dan terlibat penuh pada kehidupan umat. Ia bertanggung jawab pada kesatuan iman, pengembangan iman, dan perjuangan hidup bermartabat umat yang dipercayakan kepadanya. Oleh karena itu, kepemimpinan presbiter adalah kepemimpinan yang partisipatif: menjalin hubungan sampai semua yang bersangkutan ambil bagian dalam pelayanan, dalam karya Kristus di dunia. Presbiter menyambungkan umat beriman satu sama lain, dengan umat para rasul, dengan orang kristiani seluruh dunia, dan dengan semua orang yang mencari Allah. Pelayanan presbiter terhadap umat menjadi bukan sebagai suatu bentuk penguasaan terhadapnya melainkan suatu pelayanan di antara macam-macam karisma dan fungsi-fungsi lainnya. Kepemimpinan ini membutuhkan pola penggembalaan yang baru, antara lain mencerdaskan umat beriman, melibatkan perempuan dan laki-laki, memberdayakan komunitas-komunitas, dan memajukan kerja sama dengan semua yang berkehendak baik.

Dalam masyarakat yang terpencar-pencar akibat modernisasi, kepemimpinan presbiter bersifat membangun jaringan. Presbiter menjadi komunikator berbagai paguyuban sehingga membangun suatu persekutuan paguyuban-paguyuban. Pelayanan model Gereja teritorial perlu disempurnakan dengan pelayanan Gereja Jaringan yang melibatkan semakin banyak orang pada jaringan penebusan dan keselamatan. Presbiter menjadi simpul dari berbagai komunitas dalam komunikasi yang lincah dan koordinasi yang luwes. Persaudaraan yang diusahakan pertama-tama demi sebuah solidaritas dalam partisipasi pada proyek Yesus Kristus yakni menegakkan Kerajaan Allah di dunia. Pewartaan sabda yang dikerjakan presbiter senantiasa memberi inspirasi bagi visi kehidupan umat beriman berhadapan dengan tanda-tanda zaman.

Kemauan Pribadi

Rahmat presbiterat diartikan sebagai penetapan untuk menjadi pelayan Kristus di antara bangsa-bangsa. Seluruh pribadi para presbiter dibaktikan pada injil dan pada persembahan (oblatio) hidup oleh seluruh umat agar berkenan kepada Allah (Rom 15,16). Oleh karena itu, dari pihak orang dituntut kesanggupan pribadi dan kepercayaan yang diandaikannya. Iman orang yang menjadi presbiter bersifat praktis: bekerja dengan Allah yang bekerja. Presbiter ‘membaktikan imannya yang paling pribadi’ dalam mempertahankan iman umat Allah.

Kesanggupan pribadi seorang presbiter terutama mengarah pada usaha menjadi orang Gereja sekaligus menjadi mandiri sendiri[6]. Menjadi orang Gereja ini berarti presbiter dengan keberanian profetik berjerih payah untuk meningkatkan hidup gereja sekaligus aman dan gembira menerima keterlibatan banyak saudara dalam komunitas. Namun, presbiter bertanggung jawab untuk mempunyai pendapat sendiri dan berani mengambil sikap dalam Gereja untuk mendukung saudara-saudara. Oleh karena itu, presbiter mesti memberikan pelayanan mereka dalam semangat “sensus ecclesiae”, dengan rasa mendalam akan dinamika Gereja. Dinamika Gereja adalah dinamika Roh dalam sejarah manusia. Orang ditahbiskan atas dinamika itu dan tahbisan mengintegrasikan kebolehan pribadi dalam dinamika Gereja tersebut. Maka, kesanggupan pribadi orang adalah kesanggupan untuk meraih “inticimacy” dan “transcendence” sebagai ciri dasar sosok seorang imam.

Presbiter sebagai orangnya Allah dituntut untuk kristosentris, menjadikan Kristus sebagai kiblat, menjadikan Gereja dan dirinya wajah manusiawi kehadiran Allah. Hal ini menjadi tuntutan pada diri orang karena hakikat hidup presbiter adalah hidup oleh sabda agar sabda menjadi hidup pada semua orang supaya hidup ilahi ada dalam manusia.

Kesanggupan pribadi presbiter di dalam kinerja mengantar pada akuntabilitas-nya dalam karya pastoral. Presbiter bertanggung jawab dalam mengambil keputusan pastoral berdasarkan kaidah-kaidah yang obyektif[7]. Artinya, karya pastoral presbiter perlu dilengkapi dengan keahlian, ketrampilan, pengabdian, dedikasi dan komitmen serta kesediaan selalu mau membuka mata hati. Karya pastoral presbiter ini adalah karya partisipatif pada tritugas Kristus sebagai nabi, imam, dan gembala.Oleh karena itu, karya pastoral ini semestinya dilaksanakan dengan cinta kasih pastoral.

Menjadi Pewarta Sabda

Ciri presbiter sebagai orangnya Yesus sekaligus Gereja (sekaligus in persona Christi dan in persona ecclesia), yang dengan demikian masuk dalam kinerja proyek keselamatan Allah di zaman ini adalah pewartaan sabda[8]. Presbiter sebagai pewarta adalah pewarta kabar gembira Kristus. Pewarta berarti pembawa terang – pembawa pesan agar sabda sampai pada semua orang. Pewarta sabda dalam diri presbiter ‘menyejukkan’ dan ‘menggairahkan’ kekerdilan hidup manusia zaman sekuler yang cenderung meninggalkan Allah. Karena tugas itu berkisar pada bidang rohani, maka seorang imam juga disebut “rohaniwan” atau “guru rohani”, yakni orang yang menghargai dan mengupayakan nilai-nilai rohani lebih dari nilai-nilai duniawi. Presbiter sebagai guru rohani ini berarti pelayanan presbiter menjadi empowerment bagi para konsumen rohani.

Di tengah kemiskinan dan ketertindasan rakyat Asia, pewarta sabda (presbiter) menggerakkan semua orang, terutama umat beriman dalam Gereja, untuk bersusah payah menegakkan kerajaan Allah di dunia. Kerajaan Allah di dunia terjadi ketika manusia dihargai martabatnya, hidup dalam kesejahteraan, hidup dalam kebebasan sebagai anak-anak Allah, hidup dalam kasih Allah. Perjuangan ini masuk ke dalam perjuangan keadilan pada ekonomi pasar yang memiskinkan, agar semakin banyak orang menjadikan perdagangan sebagai sarana kasih pada sesama dan bukan pada eksploitasi manusia.

Imam Praja[9] Bertindak in Persona Christi dan in Persona Ecclesia: Presbyter yang Presbiter menurut Aschenbrenner[10]

Aschenbrenner memberikan penjelasan mengenai kharisma-kharisma yang menjadi sebuah gambaran identitas imam praja yang unik. Gambaran karisma-kharisma ini meliputi banyak segi yang membedakan pola hidup imam praja dengan imam religius. Kata kharisma yang dimaksud oleh Aschenbrenner menunjuk pada pengertian suatu rahmat pemberian Allah kepada seseorang. Kharisma ini tidak diberikan kepada setiap orang dan juga bukan semata-mata merupakan hasil kerja keras manusiawi. Akan tetapi, kharisma ini harus diakui keberadaannya dan dikembangkan dengan usaha jerih payah manusiawi. Kharisma digunakan untuk mendiskripsikan pengintegrasian beberapa rahmat yang diberikan Allah sebagai bukti adanya panggilan untuk menjadi seorang imam praja.

Kharisma-kharisma ini dapat dirangkum ke dalam tiga dimensi misi Yesus sebagai nabi, imam dan raja. Dari tiga dimensi ini, Aschenbrenner menjabarkannya ke dalam delapan kharisma yang menunjuk kekhasan kharisma imam praja :

a. Orang biasa yang tinggal di tengah manusia biasa

Imam praja adalah seorang awam yang ditahbiskan untuk tinggal secara intim dalam kehidupan dan keprihatinan umat sehari-hari. Ia tidak bekerja pada kelompok orang-orang tertentu, tetapi tepat di tengah kemanusiaan yang beraneka ragam. Di dalam keanekaragaman itu, ia dipanggil untuk membawa penyembuhan bagi setiap orang dan membimbing mereka sampai pada pengalaman berhadapan dengan misteri kasih Allah.

b. Selalu dipanggil menuju garis terdepan

Seorang imam praja berada di garis terdepan. Kehadiran imam-imam praja itu menjadi daya tarik dan daya pikat yang dapat menggerakkan orang-orang di sekitarnya. Kehadirannya yang penuh cinta kasih dan kerendahan hati akan membawa kegembiraan dan penghiburan bagi siapapun juga. Namun, para imam praja perlu mewaspadai bahaya selalu berbicara atas namanya sendiri dan mengagungkan diri dalam pelayanannya. Dalam perannya, berada di garis terdepan, imam dipanggil untuk selalu sadar bahwa Kristuslah yang pertama-tama diwartakan dalam pelayanannya.

c. Hidup dalam keaktifan

Kehidupan para imam praja di tengah jemaat memotivasi mereka untuk berpastoral secara dinamis. Dalam tantangan ini, para imam praja perlu mendasarkan diri pada keheningan hati sehingga keaktifan imam praja tidak hanya terfokus pada hal-hal lahiriah saja. Kedalaman keheningan dan pengalaman pribadi akan Yesus menjadi landasan pokok dalam hidup keseharian imam-imam praja.

d. Tidak dipanggil ke dalam komitmen hidup membiara

Para imam praja tidak tinggal di dalam biara. Akan tetapi, kehidupan para imam praja tidak dapat begitu saja lepas dari kehidupan imam-imam biara. Perbedaan spiritualitas antara imam praja dan imam religius bukan terletak pada tingkatannya tetapi pada keseriusan untuk menekuni spiritualitas itu. Imam praja yang serius untuk meningkatkan kehidupan spiritualitasnya akan memberikan sumbangan positif bagi pelayanan pastoral Gereja.

e. Ditahbiskan untuk menampilkan kembali Yesus sebagai Kepala Tubuh

Melalui tahbisan, para imam menerima suatu tugas-jabatan untuk menjadikan Yesus hadir dalam cara yang istimewa. Kharisma yang datang dari Kristus ini bukan otomatis tetapi harus dikembangkan dan diekspresikan dalam hidup keseharian para imam praja di tengah kehidupan konkret umatnya. Tugas-jabatan ini merupakan bagian dari identitas tahbisan imam praja. Dengan kerendahan hati, para imam praja yang bertindak in persona Christi tidak menempatkan dirinya di atas Gereja atau terpisah dari umatnya. Dengan kharisma ini, para imam melayani di dalam Gereja dan menjadi bagian dari Gereja.

f. Gaya hidup yang ditandai oleh tiga nasihat injil

Tiga nasihat injil merupakan pusat dari pewartaan injil karena diambil dari hati Yesus sebagai pribadi dan kesaksian-Nya serta menggema di dalam hati para murid yang serius mau mengikuti-Nya. Ketiganya memerankan peran unik dalam kehidupan dan pelayanan para imam praja sebagai kualitas jiwa dan identitasnya.

g. Dipanggil ke dalam relasi intim cinta kasih

Komitmen imam praja dalam ritus Barat tertuang dalam janji selibat. Janji ini manandakan seorang imam praja dengan relasi dan spiritualitas mirip relasi dan spiritualitas suami-istri. Relasi ini adalah suatu relasi yang kompleks yang menyangkut banyak aspek kehidupan. Dalam tradisi kristen yang cukup panjang, inti dari relasi ini adalah cinta kasih dan kepercayaan. Maka, selibat imam praja pun dilandaskan pada kedua aspek ini. Selibat membuat para imam mampu membagikan cinta intim dengan Yesus melalui Gereja.

h. Dipanggil ke dalam teritorial tertentu bersama umat

Imam praja berada di tengah umat keuskupan, secara khusus di suatu rumah bersama jemaat lokal. Hati setiap imam praja senantiasa merindukan untuk dapat melakukan pelayanan di tengah umat dan masyarakat di parokinya. Akan tetapi, tetap dimungkinkan para imam praja selalu siap sedia menjalankan perutusan untuk melayani umat melampaui batas-batas keuskupan bahkan negaranya. Selagi hal itu sesuai dengan visi pelayanan imam praja, tugas perutusan pelayanan di luar keuskupannya tetap dimungkinkan. Hal ini merupakan suatu kekhususan.

Imam praja secara khusus diinkardinasikan ke dalam suatu komunitas keuskupan tertentu. Walaupun ciri pelayanan imam praja terfokuskan pada keuskupan tertentu, kemampuannya harus dapat membuatnya siap untuk pelayanan yang lebih luas dalam parokinya atau dalam pelayanan-pelayanan lain di keuskupan itu.

Dimensi teritorial bagi para imam praja ini memang berakar pada relasi khusus antara imam praja dengan keuskupannya. Oleh karena itu, para uskup bertanggungjawab atas kesucian para imam sekaligus menjadikan para imamnya sebagai saudara dalam teman seperjalanan.

Akhirnya, keterpikatan hati atas kharisma ini mengundang para imam untuk tinggal di dalam rumahnya yang asli yakni tinggal di tengah-tengah umat dan masyarakat lokal. Ia dipanggil untuk menjadi kerasan berada di tengah umat, menjadi terbuka akan kehadiran mereka. Kehadirannya di tengah umat akan menambah kenyamanan imam tersebut untuk tinggal dengan dirinya sendiri. Inti dari relasi ini adalah membuat para imam menjadi murni dan nyaman di tengah para umatnya. Tanpa perasaan damai dan penerimaan diri, seorang imam akan menjadi entah inferior atau malah superior di hadapan umatnya. Yang diharapkan adalah secara asli mampu menjadi saudara bagi semuanya di dalam Yesus Kristus.

Demikianlah paparan singkat mengenai imam yang in persona Christi sekaligus in persona ecclesia sekaligus penerapannya dalam diri imam praja. Semoga bermanfaat.***

Acuan:

Dokumen Konsili Vatikan II: LG, PO

Kitab Suci Perjanjian Baru: Markus, Efesus, 1Tim, 1Petrus

George A. Aschenbrenner, SJ, Quickening the Fire in Our Midst, the Challenge of Diosesan Priestly Spirituality, Loyola Press, Chicago 2002



[1] Sengkut gumregut=bertandang aktif mau terlibat. Rm Kieser sering memakai istilah “tersangkut”.

[2] Manjing ajur-ajer= mau terjun, terlibat dan lebur tanpa harus kehilangan identitasnya.

[3] Perlu diketahui, bahwa apa yang kelihatan/ yang materiil yang ada di dunia ini (ruang publik) meski disangkutkan dalam karya keselamatan Allah. Maka, tidak bisa tidak, bicara soal dunia meski dipikirkan karya Allah di belakangynya.

[4] Ini yang perlu dikritisi dalam hidup beriman. Ketika saya live-in di sebuah paroki dalam rangka Kuliah Profesi Imamat, sebagian besar anggaran banyak keluar untuk kegiatan liturgi (misa, ibadat, dll). Hipotesisnya, jangan-jangan pengungkapan iman terlalu ditekankan, perwujudannya kurang diindahkan.

[5] Konkretnya begini, Allah butuh orang-orang yang mau terlibat untuk menyelamatkan dunia, orang-orang umat Allah inilah yang diharapkan oleh Allah punya kepedulian terhadap gerak hidup Allah. Maka, bisa dikatakan bahwa Allah bukan butuh fungsi tertentu (misalnya imamat jabatan).

[6] Di sinilah terdapat sikap manjing ajur-ajer yang tepat: mau melebur tanpa kehilangan identitas dirinya. Lebih tepat lagi kalau paham inkarnasi Yesus Kristus. Yesus Kristus menjadi manusia tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai Putera Allah

[7] Sebagaimana ditulis dalam Majalah Hidup No 47 Th ke-61, 25 Nov 2007, keprihatinan Keuskupan Purwokerto dengan lemahnya data perlu mendapat perhatian khusus, terutama untuk mengambil keputusan pastoral yang professional.

[8] Inilah yang menjadi tugas pokok seorang imam: pewarta sabda. Apakah ini berarti ia bisa mengesampingkan Ekaristi, Liturgi dan kegiatan lain? Tidak, imam mewartakan kabar gembira Allah (sabda) justru lewat Ekaristi, liturgi, hidup umat konkret, dsb. Sekali lagi penting untuk mengingat hal ini: tugas pokok imam adalah pewarta sabda.

[9] Praja itu berarti rumah, di rumah sendiri, domestik. Maka kalau imam pr menyebut diri praja ini menandakan bahwa ia berkerja untuk keuskupan yang menjadi rumahnya sendiri.

[10] George A. Aschenbrenner, SJ. adalah imam jesuit yang bekerja sebagai direktur Pusat Pengembangan Spiritualitas Yesuit di Wernersville, Pennsylvania. Dia juga direktur dari Program Pendidikan Spiritual pada North American College di Roma dan direktur novisiat Serikat Yesus untuk provinsi Maryland. Dia memiliki spesialisasi pada spiritualtias imam diosesan dan spiritualitas pembedaan roh.